1. Periode Menopause/
Klimakterium Dan Tanda-Tandanya
MENOPAUSE, men = bulan, pause = pausa, pausis, pauoo= periode atau tanda
berhenti, menopause= berhentinya secara definitif menstruasi.
Fase menopause disebut sebagai periode klimakterium (climacter = tahun
perubahan, pergantian tahun yang berbahaya). Pada saat ini terjadi banyak
perubahan dalam fungsi psikis dan fisik, dan vitalitasnya berkurang. Periode
klimakterium ini disebut pula sebagai : periode kritis. Disebabkan perubahan
dalam sistem hormonal mempengaruhi segenap konstitusi psikosomatis (rohani dan
jasmani).
Menopause
adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya masa
subur. Menopause seperti halnya menarche dan kehamilan dianggap sebagai
peristiwa yang sangat berarti bagi kehidupan wanita. Menarche pada remaja
wanita, menunjukkan mulai diproduksinya hormon estrogen, sedang menopause
terjadi karena ovarium tidak menghasilkan atau tidak memproduksi hormon
estrogen
Pada umumnya, klimakterium ini di awali dengan satu fase pendahuluan
atau fase preliminer, yang menandai suatu proses “pengakhiran”. Maka muncullah
kemudian tanda-tanda antara lain;
- Menstruasi
menjadi tidak lancar dan tidak teratur, biasanya datang dalam interval waktu yang
lebih lambat atau lebih awal dari biasanya.
- Haid yang keluar banyak sekali, ataupun sangat sedikit.
- Muncul gangguan-gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau
pelebaran pada pembuluh-pembuluh darah
- Merasa pusing, disertai sakit kepala terus-menerus
- Berkeringat
tidak hentinya.
- Neuralgia atau gangguan/ sakit syaraf, dan lain-lain
Semua keluhan ini disebut fenomena klimakteris, sebagai akibat dari
timbulnya modifikasi atau perubahan fungsi kelenjar-kelenjar. Sehubungan dengan
perubahan-perubahan fisik tersebut, terjadi pula “pergeseran” atau erosi dalam
kehidupan psikis pribadi yang bersangkutan. Pergeseran dan perubahan-perubahan
psikis ini mengakibatkan timbulnya satu krisis, dan memanifestasikan diri dalam
simptom-simptom psikologis, diantaranya depresi-depresi (kemurungan), mudah
tersinggung dan mudah jadi marah, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan,
insomnia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung atau gelisah, dan
lain-lain.
Penurunan kadar
estrogen, menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat
dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada tiga periode menopause, yaitu:
1. Klimakterium
Fase
klimakterium berlangsung bertahap sebagai berikut :
a. Sebelum menopause
b. Saat menopause
c.
Setelah menopause
2. Menopause
3. Senium
Masa klimkateris mirip dengan masa pra pubertas. Tingkah laku pada masa
klimakteris ini sifatnya sering lucu-lucu, aneh-aneh, janggal, dan tidak pada
tempatnya. Maksud dari tingkah laku tersebut:
1.
Mengingkari ketuaannya
2.
Mengulangi kembali kebiasaan di
masa muda.
2. PERILAKU YANG ANEH PADA PERIODE KLIMAKTERIUM
Satu tipe wanita-wanita klimakteris ada yang memperlihatkan aktivitas
hypomanis semu. Wanita tersebut merasakan seolah-olah vitalitas hidupnya jadi
bertambah.Ia mulai membuat catatan-catatan harian, ingin melakukan perjalanan
jauh, dan menjalin kisah-kisah hidup baru. Dia menjadi sangat enthusiast
tentang ide-ide dan paham politik tertentu.
Ada pula wanita-wanita usia ini yang di kala mudanya menunjukkan tingkah
laku halus dan terhormat, kini mulai bergaul dengan dan mengumpulkan anak-anak
muda serta kaum pria yang jauh lebih inferior daripada dirinya. Lalu ia
berilusi bahwa dirinya dikagumi dan dicintai oleh banyak pria muda.
Kadangkala, ada wanita setengah baya yang secara sentimentil banyak
melamun tentang masa-masa mudanya.Bahkan ada pula wanita-wanita setengah umur
yang tergoda ikut-ikutan melakukan perbuatan yang kurang terhormat, misalnya
melakukan relasi seks bebas, dengan alasan yang sama seperti motif-motif gadis
prapuber atau pubertas yang tengah salah langkah.
Biasanya faktor sugestibilitas para wanita setengah umur ini menjadi
makin besar, karena nalar pertimbangannya menjadi semakin berkurang.
3. Kondisi Psikis Wanita Setengah Baya
Relasi sosialnya menjadi patologis sifatnya. Ada kalanya terjadi
ledakan-ledakan emosional yang paranoid, sebagai produk dari semakin
intensifnya konflik-konflik batin/ psikis pada periode klimakteris.
Baik di masa pubertas maupun pada periode klimakteris. Selama dua
periode ini anak gadis dan wanita setengah baya tadi berusaha mengkonstruksikan
“dunia masa sekarang. Namun jika gadis puber mengarahkan pandangannya pada masa
depan, maka wanta setengah tua itu justru menengokkan pandangannya pada masa
lampau dengan rasa-rasa kerinduan (nostalgia).
Selama periode produktif sampai masa klimakteris, maskulinitas wanita
tersebut dengan sukses tersublimasikan dan pribadinya tidak menampilkan
gejala-gejala neuortis. Akan tetapi pada periode klimakteris, tendens-tendens
feminitas yang selalu ditekan kuat-kuat dan biasanya sukses, kini mulai
menampilkan “haknya”. Lalu terjadilah konflik-konflik
batin di antara tendens feminitas melawan keenderungan-kecenderungan
hypermaskulin. Jika pertentangan di antara dua tendens itu pada usia pubertas
dengan sukses bisa disublimasikan, atau bisa diselesaikan dengan baik, maka
biasanya pada usia setengah tua itu wanita tersebut justru gagal dalam
perjuangan psikis tersebut., lalu jatuh sakit karena ia tidak memiliki daya
tahan, sedangkan kondisi fisik dan psikis sudah menjadi lemah. Jelasnya, ia
tidak mampu menerima dengan hati yang pasrah.
Hampir semua wanita usia klimakteris mengalami dalam tempo yang relatif
pendek atau relatif panjang suasana hati depresif dan melankolis. Sebab utamanya
adalah :
- Karena ia ingin mengingkari dan memproses proses
biollogis mengarah pada ketuaan
- Ia terlampau melebih-lebihkan keadaan dirinya, serta
terlalu menganggap dramatis proses ketuaannya.
- Kemunduran jasmaniah itu dirasakan sebagai kemungkinan
dan mendekatnya kematian juga sebagai tidak ada gunanya lagi untuk terus hidup.
- Hidupnya kini dianggap tidak mengandung harapan, penuh
kepedihan dan pribadinya dilupakan oleh semua orang..
Devaluasi
(adanya kemunduran nilai dan kerusakan) pada organ-organ vital, mengakibatkan
munculnya perasaan destruksi atau kerusakan pada fungsinya. Kemudian
mengakibatkan perubahan-perubahan berupa kemunduran pada kemampuan psikisnya.
Dengan
sendirinya, kondisi psikis wanita setengah umur ini juga sangat dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan sosialnya di masa lampau. Wanita-wanita feminin yang
selalu hidup dalam suasana harmonis, ekonomis berkecukupan, bahagia dan selalu
mendapatkan kepuasan seksual, pasti bisa menghayati badai-badai terakhir dalam
kehidupannya dengan rasa tenang, bagaikan berlayar dalam sebuah perahu di teluk
yang teduh. Maka banyak pasangan tua yang ingin mengalami lagi bulan-bulan madu
kedua pada usia sudah lanjut ini.
Sebenarnya,
reaksi-reaksi psikis wanita pada usia klimakteris itu sangat bergantung pada
pandangan hidup atau lebensanschauungnya dan terhadap eksistensi diri sendiri.
Jika ia tidak bisa menemukan harmoni dan keseimbangan , maka terjadilah trauma
biologis dan trauma psikis. Terjadi pula perasaan degradasi diri, disertai
tingkah laku yang aneh-aneh. Dengan demikian psikoterapi yang diterapkan pada
usia klimakterium ini menjadi sulit sebab:
1.
Orang tidak bisa berbuat sesuatupun untuk mencegah
proses ketuaan yang progresif, sebab proses ketuaan itu merupakan proses
biologis yang alami.
2.
Biasanya orang tidak bisa berbuat banyak untuk
menciptkan pengganti bagi penugasan fantasi-fantasi pada usia klimakteris ini.
Kegiatan berfantasi itu tidak bisa dicegah.
Pada masa
setengah baya wanita mengalami kecemasan menghadapi menopause
1.
Pengertian kecemasan menghadapi menopause
·
Menurut Bryne
(1966), bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang
dialami individu, seperti apabila ia mengalami ketakutan.
·
Menurut Hurlock (1990), kecemasan adalah bentuk
perasaan khawatir,
gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan
·
Menurut Kartono (1997), ketidakberanian individu dalam
menghadapi
suatu masalah dan ditambah dengan adanya kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas
merupakan tanda-tanda kecemasan pada individu.
·
Pendapat ahli lain Havary (1997), berpendapat bahwa
kecemasan
merupakan reaksi psikis terhadap kondisi mental individu yang tertekan.
·
Burn (1988), bahwa kebanyakan wanita menopause sering
mengalami depresi dan kecemasan dimana kecemasan yang muncul dapat menimbulkan
insomnia atau tidak bisa tidur.
·
SKartono (1992), mengemukakan perubahan-perubahan
psikis yang terjadi
pada masa menopause akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda antara lain yaitu
adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam simtom-simtom psikologis
seperti: depresi, mudah tersinggung, dan mudah menjadi marah, dan diliputi banyak
kecemasan.
2. Faktor
penyebab kecemasan menghadapi menopause
·
Menurut Kartono (2000), kecemasan disebabkan oleh
dorongan-dorongan
seksual yang tidak mendapatkan kepuasan dan terhambat, sehingga
mengakibatkan banyak konflik batin.
·
Menurut Hartoyo (2004), bahwa stressor pencetus
kecemasan dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas fisik
b. Ancaman terhadap system diri
·
Menurut Carpenito (1998), ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan
munculnya kecemasan yaitu :
a. Patofisiologis
b. Situasional (orang dan lingkungan)
·
Freud (dalam Hall, 1980), faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah
lingkungan disekitar individu.
·
Priest (1987), bahwa sumber umum dari kecemasan adalah
pergaulan, usia yang bertambah, keguncangan rumah tangga, dan adanya problem.
Selain itu kecemasan juga ditimbulkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan
seksual, atau frustasi karena tidak tercapainya apa yang
diingini baik material maupun sosial.
·
Menurut Tallis (1995), bahwa penyebab individu cemas
adalah masalah
yang tidak bisa terselesaikan. Contoh masalah yang tidak dapat terselesaikan adalah
penuaan dan kematian. Menurut Dimyati (1990), mengatakan bahwa kecemasan
disebabkan oleh adanya keinginan-keinginan, kebutuhan, dan hal-hal yang tidak
disetujui oleh orang-orang disekitar, selain itu rangsangan emosi merupakan
reaksi terhadap kekecewaan terhadap frustasi.
·
menurut Freud (dalam Dimyati, 1990), bahwa penyebab kecemasan
pada individu adalah motif sosial dan motif seksual.
3.
Gejala-gejala kecemasan menghadapi menopause
Ada beberapa
gejala tentang kecemasan menurut Morgan (1991) yaitu :
a. Gejala fisiologis
b. Gejala
psikologis
Adapun gejala-gejala psikologis adanya kecemasan menghadapi menopause bila
ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn dan Davidson (dalam Zainuddin,
2000) adalah sebagai berikut:
a.
suasana hati
b.
Pikiran
c.
Motivasi
d.
Perilaku gelisah
e.
Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali
·
Menurut Freud (dalam Hall, 1980), mengatakan tentang
gejala-gejala
kecemasan yang dialami oleh individu biasanya mulutnya menjadi kering bernafas lebih
cepat, jantung berdenyut cepat.
·
Menurut Weekes (1992), menambahkan tentang
gejala-gejala
kecemasan yang lain diantaranya adalah gelisah, adanya perasaan tidak berdaya,
tidak nyaman, insomnia, menarik diri, gangguan pola makan, komunikasi verbal
menurun, perasaan terancam atau ketakutan yang luar biasa, pikiran terpusat pada
gangguan fisiknya dan kesadaran diri menurun, merasa mual, banyak berkeringat, gemetar
dan seringkali diare.
4. Periode
terjadinya menopause
Wanita
dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap
akan habis terpakai. Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga
begitu sel telur yang dimiliki sejak lahir habis, maka ovulasi akan berhenti
sama
sekali.
·
Muhammad (1981), menjelaskan bahwa pada suatu saat
akan tiba
waktunya bagi sisa folikel sel telur yang berada pada indung telur mulai
menghilang. Saat ini tidaklah sama pada setiap wanita. Perubahan ini terjadi secara
mendadak, diantara umur 45 tahun dan 55 tahun. Ada transisi yang bertahap dari
masa kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika wanita itu sudah mulai
memasuki usia menopause Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon dalam
tubuh. Dimana hormon merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar
tertentu dalam tubuh (tidak semua kelenjar menghasilkan hormon), yang efeknya mempengaruhi
kerja alat-alat tubuh yang lain. Hormon yang dikeluarkan melalui saluran
terbuka keluar, tetepi langsung disalurkan ke dalam darah melalui perembesan pada
pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar kelenjar tersebut.
Seperti
diketahui ada tiga macam hormon penting yang diproduksi oleh ovarium,yaitu
estrogen, progesteron, dan testotesron, dimana setelah mencapai menopause hormon-hormon
ini tidak diproduksi. (Sadli, 1987)
Estrogen dan progesteron pada wanita disebut hormon kelamin (sex
hormones).
4. Masa
Nenek-nenek
Dengan
berhentinya fungsi reprduksi pada seorang wanita itu bukan berarti keberhentian
hidupnya. Jika fungsi keibuan untuk melayani dan mengabdi pada species manusia
itu sudah berhenti. Wanita tersebut masih bisa melanjutkan fungsi keibuannya
dengan jalan mencari pengalaman-pengalaman individual yang baru. Pada masa ini
wanita cenderung masuk ke masa tua. Serta mengalami perubahan-perubahan fisik
pada usia tua dan mempengaruhi psikologis mereka.
REFERENSI
- Hurlock, E.B. 1990. Psikologi
Perkembangan, Suatu Rentang Kehidupan (terjemahan : Istiwidayanti dan Soedjarwo). Edisi 5. Jakarta : Erlangga.
- Kartini, (1992). Psikologi wanita.
- Kartini, 1992. Psikologi Wanita. Bandung : Mandar Maju
- Kartini, 1999. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan. Depkes RI