Senin, 25 Juni 2012

MEKANISME PERSALINAN


Mekanisme persalinan adalah serangkaian perubahan posisi dari bagian presentasi janin yang merupakan suatu bentuk adaptasi atau akomodasi bagian kepala janin terhadapjalan lahir. Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina. Mekanisme persalinan sangat penting untuk kelahiran bayi melalui vagina karena janin harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di panggul. Sehingga janin harus menyesuaikan dengan menempati posisi diameter panggul yang paling besar.
Adapun gerakan-gerakan utama dalam mekanisme persalinan ada 7, yakni:
1.      Penurunan kepala (Engagement)
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul  biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu :
- Asinklitismus posterior             :   Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os  parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
- Asinklitismus anterior               :   Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal sekalipun.
2.      Fleksi
Di awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala, biasanya fleksi juga bertambah. Sehingga dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal. Fleksi ini salah satunya disebabkan karena janin di dorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari keadaan ini terjadilah fleksi.
3.      Putar paksi dalam (Rotasi interna)
adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan dan ke bawah symphysis. putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul.
4.      Ekstensi
Ekstensi terjadi setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggu. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
5.      Putar paksi luar
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter biacromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
6.      Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

Selasa, 19 Juni 2012

PLACENTA PREVIA



Implantasi plasenta normalnya terletak di bagian fundus(bagian puncak atau atas rahim). Bisa agak ke kiri atau ke kanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas ke bagian bawah apalagi menutupi jalan lahir. Patahan jalan lahir ini adalahostium uteri internum, sedangkan dari luar dari arah vaginadisebut ostium uteri eksternum.
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainanyang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebutkeguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartumPlasenta previa merupakan salah satu penyebab utama perdarahan antepartum pada trimester ketiga.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mochtar, 1998).

Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu:
1.       Plasenta Previa Totalis
2.       Plasenta Previa Parsialis
3.       Plasenta Previa Marginalis

Plasenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas tidak mungkin bayidilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
Plasenta Previa Parsialis
Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui pervaginam.
Plasenta Previa Marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam tetapi risikoperdarahan tetap besar.
Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)
Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi jalan lahir risikoperdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

Etiologi
Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi diduga hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang mungkin disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi. (Mochtar, 1998). Perdarahan berhubungan dengan adanya perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim untuk berkonstruksi secara adekuat. 

Faktor risiko plasenta previa termasuk:
1.       Riwayat plasenta previa sebelumnya.
2.       Riwayat seksio sesarea.
3.       Riwayat aborsi.
4.       Kehamilan ganda.
5.       Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun.
6.       Multiparitas.
7.       Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta.
8.       Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung telursetelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
9.       Adanya trauma selama kehamilan.
10.   Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisiologi dimulai dari usia kehamilan 30 minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
11.   Mendapat tindakan Kuretase.

Patologi
Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterusuntuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus yang menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letakplasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelahpersalinan dimulai.

Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dalam hal ini adalah gejala utama dan gejala klinik.
Gejala Utama
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.

Gejala Klinik
1.       Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
2.       Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasasakit.
3.       Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
4.       Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi letak janin letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
5.       Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis perdarahan diakibatkan oleh plasenta previa diperlukan anamnesis danpemeriksaan obstetrik. Dapat juga dilakukan pemeriksaaan hematokritPemeriksaan bagian luar terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggulPemeriksaan inspekulo bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviksatau vagina seperti erosro porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri polipus serviks uteri, varisesvulva dan trauma.

Komplikasi Plasenta Previa
Menurut Prof.Dr.Sarwono Prawirohardjo.SpOG,1997,Jakarta.
1.       Prolaps tali pusat.
2.       Prolaps plasenta.
3.       Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan.
4.       Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.
5.       Perdarahan post portum.
6.       Infeksi karena perdarahan yang banyak.
7.       Bayi premature atau lahir mati.

Penanganan
Menurut Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo.SpOG. 1997. Jakarta.
Penanganan Pasif
1.       Perhatian – Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun. Baik rektal apalagi vaginal (Eastmon).
2.       Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup belum inpartukehamilanbelum cukup 37 minggu atau berat badan janin dibawah 2500 gr, maka kehamilan dapat dipertahankan, istirahat dan pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin atau progesterone, observasi dengan teliti.
3.       Sambil mengawasi periksa golongan darah dan menyiapkan donor transfusi darah, bila memungkinkan kehamilan dipertahakan setua mungkin supaya janin terhindar dari prematuritas.
4.       Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa rujuk segera ke rumahsakit dimana tedapat fasilitas operasi dan transfusi darah.
5.       Bila kekurangan darah, berikanlah transfusi darah dan obat-obatan penambah darah.
Cara Persalinan
1.       Persalinan Pervaginam
2.       Persalinan perabdominan, dengan seksio sesarea.

Referensi
Kedaruratan Kebidanan. 1996. Buku Ajar Untuk Program Pendidikan Bidan “Perdarahan Antepartum Buku II”. Jakarta.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sarwono, P. 1997. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
stasiunbidan.blogspot.com
Winda, 2007. Asuhan Kebidanan Kepada Ibu Hamil Dengan Plasenta Letak Rendah. Politeknik Departemen Kesehatan Tanjung Karang Prodi Kebidanan Metro.
Image, chop.edu, nursingcrib.com







WANITA SEBAGAI LANSIA



   1. Periode Menopause/ Klimakterium Dan Tanda-Tandanya

MENOPAUSE, men = bulan, pause = pausa, pausis, pauoo= periode atau tanda berhenti, menopause= berhentinya secara definitif menstruasi.
Fase menopause disebut sebagai periode klimakterium (climacter = tahun perubahan, pergantian tahun yang berbahaya). Pada saat ini terjadi banyak perubahan dalam fungsi psikis dan fisik, dan vitalitasnya berkurang. Periode klimakterium ini disebut pula sebagai : periode kritis. Disebabkan perubahan dalam sistem hormonal mempengaruhi segenap konstitusi psikosomatis (rohani dan jasmani).
Menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya masa subur. Menopause seperti halnya menarche dan kehamilan dianggap sebagai peristiwa yang sangat berarti bagi kehidupan wanita. Menarche pada remaja wanita, menunjukkan mulai diproduksinya hormon estrogen, sedang menopause terjadi karena ovarium tidak menghasilkan atau tidak memproduksi hormon estrogen
Pada umumnya, klimakterium ini di awali dengan satu fase pendahuluan atau fase preliminer, yang menandai suatu proses “pengakhiran”. Maka muncullah kemudian tanda-tanda antara lain;
  1. Menstruasi menjadi tidak lancar dan tidak teratur, biasanya datang dalam interval waktu yang lebih lambat atau lebih awal dari biasanya.
  2. Haid yang keluar banyak sekali, ataupun sangat sedikit.
  3. Muncul gangguan-gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau pelebaran pada pembuluh-pembuluh darah
  4. Merasa pusing, disertai sakit kepala terus-menerus
  5. Berkeringat tidak hentinya.
  6. Neuralgia atau gangguan/ sakit syaraf, dan lain-lain

Semua keluhan ini disebut fenomena klimakteris, sebagai akibat dari timbulnya modifikasi atau perubahan fungsi kelenjar-kelenjar. Sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik tersebut, terjadi pula “pergeseran” atau erosi dalam kehidupan psikis pribadi yang bersangkutan. Pergeseran dan perubahan-perubahan psikis ini mengakibatkan timbulnya satu krisis, dan memanifestasikan diri dalam simptom-simptom psikologis, diantaranya depresi-depresi (kemurungan), mudah tersinggung dan mudah jadi marah, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung atau gelisah, dan lain-lain.

Penurunan kadar estrogen, menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada tiga periode menopause, yaitu:
1.   Klimakterium
              Fase klimakterium berlangsung bertahap sebagai berikut :
               a.  Sebelum menopause
               b. Saat menopause
                    c. Setelah menopause
                     2. Menopause
                     3. Senium

Masa klimkateris mirip dengan masa pra pubertas. Tingkah laku pada masa klimakteris ini sifatnya sering lucu-lucu, aneh-aneh, janggal, dan tidak pada tempatnya. Maksud dari tingkah laku tersebut:
1.     Mengingkari ketuaannya
2.    Mengulangi kembali kebiasaan di masa muda.

2. PERILAKU YANG ANEH PADA PERIODE KLIMAKTERIUM

Satu tipe wanita-wanita klimakteris ada yang memperlihatkan aktivitas hypomanis semu. Wanita tersebut merasakan seolah-olah vitalitas hidupnya jadi bertambah.Ia mulai membuat catatan-catatan harian, ingin melakukan perjalanan jauh, dan menjalin kisah-kisah hidup baru. Dia menjadi sangat enthusiast tentang ide-ide dan paham politik tertentu.
Ada pula wanita-wanita usia ini yang di kala mudanya menunjukkan tingkah laku halus dan terhormat, kini mulai bergaul dengan dan mengumpulkan anak-anak muda serta kaum pria yang jauh lebih inferior daripada dirinya. Lalu ia berilusi bahwa dirinya dikagumi dan dicintai oleh banyak pria muda.
Kadangkala, ada wanita setengah baya yang secara sentimentil banyak melamun tentang masa-masa mudanya.Bahkan ada pula wanita-wanita setengah umur yang tergoda ikut-ikutan melakukan perbuatan yang kurang terhormat, misalnya melakukan relasi seks bebas, dengan alasan yang sama seperti motif-motif gadis prapuber atau pubertas yang tengah salah langkah.
Biasanya faktor sugestibilitas para wanita setengah umur ini menjadi makin besar, karena nalar pertimbangannya menjadi semakin berkurang.

3. Kondisi Psikis Wanita Setengah Baya

Relasi sosialnya menjadi patologis sifatnya. Ada kalanya terjadi ledakan-ledakan emosional yang paranoid, sebagai produk dari semakin intensifnya konflik-konflik batin/ psikis pada periode klimakteris.
Baik di masa pubertas maupun pada periode klimakteris. Selama dua periode ini anak gadis dan wanita setengah baya tadi berusaha mengkonstruksikan “dunia masa sekarang. Namun jika gadis puber mengarahkan pandangannya pada masa depan, maka wanta setengah tua itu justru menengokkan pandangannya pada masa lampau dengan rasa-rasa kerinduan (nostalgia).
Selama periode produktif sampai masa klimakteris, maskulinitas wanita tersebut dengan sukses tersublimasikan dan pribadinya tidak menampilkan gejala-gejala neuortis. Akan tetapi pada periode klimakteris, tendens-tendens feminitas yang selalu ditekan kuat-kuat dan biasanya sukses, kini mulai menampilkan “haknya”. Lalu terjadilah konflik-konflik batin di antara tendens feminitas melawan keenderungan-kecenderungan hypermaskulin. Jika pertentangan di antara dua tendens itu pada usia pubertas dengan sukses bisa disublimasikan, atau bisa diselesaikan dengan baik, maka biasanya pada usia setengah tua itu wanita tersebut justru gagal dalam perjuangan psikis tersebut., lalu jatuh sakit karena ia tidak memiliki daya tahan, sedangkan kondisi fisik dan psikis sudah menjadi lemah. Jelasnya, ia tidak mampu menerima dengan hati yang pasrah.
Hampir semua wanita usia klimakteris mengalami dalam tempo yang relatif pendek atau relatif panjang suasana hati depresif dan melankolis. Sebab utamanya adalah :
  • Karena ia ingin mengingkari dan memproses proses biollogis mengarah pada ketuaan
  • Ia terlampau melebih-lebihkan keadaan dirinya, serta terlalu menganggap dramatis proses ketuaannya.
  • Kemunduran jasmaniah itu dirasakan sebagai kemungkinan dan mendekatnya kematian juga sebagai tidak ada gunanya lagi untuk terus hidup.
  • Hidupnya kini dianggap tidak mengandung harapan, penuh kepedihan dan pribadinya dilupakan oleh semua orang..

      Devaluasi (adanya kemunduran nilai dan kerusakan) pada organ-organ vital, mengakibatkan munculnya perasaan destruksi atau kerusakan pada fungsinya. Kemudian mengakibatkan perubahan-perubahan berupa kemunduran pada kemampuan psikisnya.
Dengan sendirinya, kondisi psikis wanita setengah umur ini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosialnya di masa lampau. Wanita-wanita feminin yang selalu hidup dalam suasana harmonis, ekonomis berkecukupan, bahagia dan selalu mendapatkan kepuasan seksual, pasti bisa menghayati badai-badai terakhir dalam kehidupannya dengan rasa tenang, bagaikan berlayar dalam sebuah perahu di teluk yang teduh. Maka banyak pasangan tua yang ingin mengalami lagi bulan-bulan madu kedua pada usia sudah lanjut ini.
Sebenarnya, reaksi-reaksi psikis wanita pada usia klimakteris itu sangat bergantung pada pandangan hidup atau lebensanschauungnya dan terhadap eksistensi diri sendiri. Jika ia tidak bisa menemukan harmoni dan keseimbangan , maka terjadilah trauma biologis dan trauma psikis. Terjadi pula perasaan degradasi diri, disertai tingkah laku yang aneh-aneh. Dengan demikian psikoterapi yang diterapkan pada usia klimakterium ini menjadi sulit sebab:
1.     Orang tidak bisa berbuat sesuatupun untuk mencegah proses ketuaan yang progresif, sebab proses ketuaan itu merupakan proses biologis yang alami.
2.    Biasanya orang tidak bisa berbuat banyak untuk menciptkan pengganti bagi penugasan fantasi-fantasi pada usia klimakteris ini. Kegiatan berfantasi itu tidak bisa dicegah.

Pada masa setengah baya wanita mengalami kecemasan menghadapi menopause

1.     Pengertian kecemasan menghadapi menopause

·          Menurut Bryne (1966), bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang
dialami individu, seperti apabila ia mengalami ketakutan.
·         Menurut Hurlock (1990), kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir,
gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan
·         Menurut Kartono (1997), ketidakberanian individu dalam menghadapi
suatu masalah dan ditambah dengan adanya kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas merupakan tanda-tanda kecemasan pada individu.
·         Pendapat ahli lain Havary (1997), berpendapat bahwa kecemasan
merupakan reaksi psikis terhadap kondisi mental individu yang tertekan.
·         Burn (1988), bahwa kebanyakan wanita menopause sering mengalami depresi dan kecemasan dimana kecemasan yang muncul dapat menimbulkan insomnia atau tidak bisa tidur.
·         SKartono (1992), mengemukakan perubahan-perubahan psikis yang terjadi
pada masa menopause akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda antara lain yaitu adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam simtom-simtom psikologis
seperti: depresi, mudah tersinggung, dan mudah menjadi marah, dan diliputi banyak kecemasan.

2. Faktor penyebab kecemasan menghadapi menopause 

·         Menurut Kartono (2000), kecemasan disebabkan oleh dorongan-dorongan
seksual yang tidak mendapatkan kepuasan dan terhambat, sehingga
mengakibatkan banyak konflik batin.
·         Menurut Hartoyo (2004), bahwa stressor pencetus kecemasan dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas fisik
b. Ancaman terhadap system diri
·         Menurut Carpenito (1998), ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
munculnya kecemasan yaitu :
a. Patofisiologis
b. Situasional (orang dan lingkungan)
·         Freud (dalam Hall, 1980), faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah
lingkungan disekitar individu.
·         Priest (1987), bahwa sumber umum dari kecemasan adalah pergaulan, usia yang bertambah, keguncangan rumah tangga, dan adanya problem. Selain itu kecemasan juga ditimbulkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan seksual, atau frustasi karena tidak tercapainya apa yang
diingini baik material maupun sosial.
·         Menurut Tallis (1995), bahwa penyebab individu cemas adalah masalah
yang tidak bisa terselesaikan. Contoh masalah yang tidak dapat terselesaikan adalah penuaan dan kematian. Menurut Dimyati (1990), mengatakan bahwa kecemasan disebabkan oleh adanya keinginan-keinginan, kebutuhan, dan hal-hal yang tidak disetujui oleh orang-orang disekitar, selain itu rangsangan emosi merupakan reaksi terhadap kekecewaan terhadap frustasi.
·         menurut Freud (dalam Dimyati, 1990), bahwa penyebab kecemasan pada individu adalah motif sosial dan motif seksual.

3. Gejala-gejala kecemasan menghadapi menopause

Ada beberapa gejala tentang kecemasan menurut Morgan (1991) yaitu :
a. Gejala fisiologis
b. Gejala psikologis

Adapun gejala-gejala psikologis adanya kecemasan menghadapi menopause bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn dan Davidson (dalam Zainuddin, 2000) adalah sebagai berikut:
a.    suasana hati
b.    Pikiran
c.    Motivasi
d.    Perilaku gelisah
e.    Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali

·         Menurut Freud (dalam Hall, 1980), mengatakan tentang gejala-gejala
kecemasan yang dialami oleh individu biasanya mulutnya menjadi kering bernafas lebih cepat, jantung berdenyut cepat.
·         Menurut Weekes (1992), menambahkan tentang gejala-gejala
kecemasan yang lain diantaranya adalah gelisah, adanya perasaan tidak berdaya,
tidak nyaman, insomnia, menarik diri, gangguan pola makan, komunikasi verbal
menurun, perasaan terancam atau ketakutan yang luar biasa, pikiran terpusat pada gangguan fisiknya dan kesadaran diri menurun, merasa mual, banyak berkeringat, gemetar dan seringkali diare.
4. Periode terjadinya menopause
Wanita dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap
akan habis terpakai. Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga
begitu sel telur yang dimiliki sejak lahir habis, maka ovulasi akan berhenti sama
sekali.
·         Muhammad (1981), menjelaskan bahwa pada suatu saat akan tiba
waktunya bagi sisa folikel sel telur yang berada pada indung telur mulai
menghilang. Saat ini tidaklah sama pada setiap wanita. Perubahan ini terjadi secara mendadak, diantara umur 45 tahun dan 55 tahun. Ada transisi yang bertahap dari masa kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika wanita itu sudah mulai memasuki usia menopause Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh. Dimana hormon merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tertentu dalam tubuh (tidak semua kelenjar menghasilkan hormon), yang efeknya mempengaruhi kerja alat-alat tubuh yang lain. Hormon yang dikeluarkan melalui saluran terbuka keluar, tetepi langsung disalurkan ke dalam darah melalui perembesan pada pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar kelenjar tersebut.
Seperti diketahui ada tiga macam hormon penting yang diproduksi oleh ovarium,yaitu estrogen, progesteron, dan testotesron, dimana setelah mencapai menopause hormon-hormon ini tidak diproduksi. (Sadli, 1987)
Estrogen dan progesteron pada wanita disebut hormon kelamin (sex
hormones).

4. Masa Nenek-nenek
Dengan berhentinya fungsi reprduksi pada seorang wanita itu bukan berarti keberhentian hidupnya. Jika fungsi keibuan untuk melayani dan mengabdi pada species manusia itu sudah berhenti. Wanita tersebut masih bisa melanjutkan fungsi keibuannya dengan jalan mencari pengalaman-pengalaman individual yang baru. Pada masa ini wanita cenderung masuk ke masa tua. Serta mengalami perubahan-perubahan fisik pada usia tua dan mempengaruhi psikologis mereka.

REFERENSI
  1. Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan, Suatu Rentang Kehidupan (terjemahan : Istiwidayanti dan Soedjarwo). Edisi 5. Jakarta : Erlangga.
  2. Kartini, (1992). Psikologi wanita.
  3. Kartini, 1992. Psikologi Wanita. Bandung : Mandar Maju
  4. Kartini, 1999. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Depkes RI